rpp kurikulum 2013 revisi
rpp kurikulum 2013 revisi

Pentingnya Pendidikan Olah Raga Sebagai Pembentuk Karakter Anak

Info Kuipper School.
Pendidikan olah raga merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk terus diajarkan kepada anak-anak, dengan pendidikan olah raga karakter anak akan terbentuk dalam melakukan interaksi dengan sesamanya, salah satu unsur penting dalam pendidkan olah raga adalah dalam membangun sikap sportifitas ketika menyikapi perbedaan yang ditemukan oleh anak.

Disamping itu pula PendidikanUnsur olahraga memiliki peranan penting dalam membekali kreativitas sebagi bekal masa depan. Setiap siswa harus mendapatkan ruang untuk bergerak agar tidak pasif. “Dalam pendidikan, unsur olahraga harus kembali menonjol. Olahraga bukan sekadar kompetisi, tapi juga hidup sehat. Dalam komponen kurikulum, diperlukan teknik pengajaran agar anak-anak mendapat ruang untuk bergerak. Jangan sampai mereka menjadi pasif,” papar Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam sebuah kesempatan.

Demi mencapai hal tersebut, Anies menilai pendidikan untuk menjadi guru-guru olahraga harus didorong. Alasannya, mereka berbeda dengan guru-guru lain karena memiliki pemahaman olahraga yang lebih baik. “Seni dan olahraga harus kita bangun demi penumbuhan kreativitas. Selama ini fokus selalu tertuju pada produktivitas. Padahal jika produktivitas digabung dengan kreativitas, maka hasilnya akan jauh lebih baik.

Peran penting pendidikan olah raga yang didapatkan oleh anak-anak, hendaknya pula mendapat ruang dan perhatian oleh berbagai pihak, sehingga fasilitas olah raga menjadi fokus perhatian untuk disediakan dengan secara memadai dan terjaga, terutama keberpiahakn dan perhatian pemerintah lintas sektor, tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah saja, melainkan memerlukan perhatian semua pihak, pemerintah serta masyarakat umum.

Karakter tiap anak berbeda. Ada anak yang sudah sejak bayi diajarkan untuk patuh, dan dengan mudahnya menurut dan mengingatnya. Tapi ada juga anak yang tidak mudah diajarkan kepatuhan. Walaupun sudah berulang kali diberi petunjuk, nasehat, bahkan diterapkan sistem hadiah dan hukuman, tapi si anak tetap sulit menerapkan kepatuhan jika tidak diingatkan.

Namun, sebagai orang tua dan pendidik, kita juga harus meneliti, apakah yang ada dibalik sikap patuh tersebut? Apakah sekedar patuh karena takut pada hukuman? Apakah patuh karena takut pada amarah orang tua? Apakah patuh karena paham tentang akibat dari ketidakpatuhan? Apakah patuh ditunjukkan hanya karena ingin dipuji? Nah, dasar-dasar ini yang harus kita pahami.

Anak, dilahirkan tanpa pengetahuan tentang peraturan kemasyarakatan. Anak juga dilahirkan tanpa berbekal pengetahuan tentang akibat dari tiap perbuatannya. Orang tua telah lahir lebih dahulu dan banyak mengetahuinya, sehingga sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengajarkan tentang peraturan kemasyarakatan dan konsekuensi perbuatan pada anak. Namun, anak dilahirkan sebagai sosok yang ingin mengeksplorasi banyak hal di dunia yang baru baginya. Terkadang, saking asyiknya bereksplorasi, anak lupa tentang hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Dalam hal ini, anak seringkali dikatakan sebagai anak yang tidak patuh, bahkan dicap sebagai anak yang nakal, tanpa ada kepedulian untuk mempelajari apa yang ada dibalik ketidakpatuhan itu.

Problema lain adalah adanya kecenderungan membentuk anak jadi patuh yang hanya sekedar patuh, tanpa memperhitungkan pemahaman si anak tentang akibat dari kepatuhan atau ketidakpatuhannya. Misalnya, ketika melarang anak bermain korek api, orang tua tidak membeberkan tentang akibat yang bisa timbul jika si anak yang masih kecil bermain korek api, tapi hanya memberikan ancaman-ancaman yang tidak masuk diakal. Kemarahan atau hukuman terhadap ketidakpatuhan hanya akan memberikan kepatuhan jangka pendek, sebab anak hanya akan mempertimbangkan apakah orang tuanya bakal marah atau tidak, bakal menghukumnya atau tidak, tanpa paham akibat negatif utama yang akan muncul jika dia tidak patuh.

Membekali anak untuk patuh pada aturan, taat pada azas kehidupan dan nilai-nilai kebaikan, tidak cukup dengan diberikan pengajaran atau petuah-petuah yang akan sekedar memenuhi memori otaknya saja, tetapi diperlukan pula dengan pembentukan siskap sportifitas dan kepatuhan atas aturan melalui pendidikan olah raga.

Informasi Terbaru

Back To Top