Info Kuipper School.
Sampah seringkali dianggap sesuatu yang tidak berguna oleh kita, sehinggga dengan cara pandang seperti ini persoalan sampah yang akan terus-menerus ada dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia, memerlukan cara pandang yang berbeda untuk sikapi, sehingga kitapun memperlakukan sampah dengan lebih cerdas dan positif untuk diambil manfaat yang terbaik bagi kemaslahatan kita semua.
Sampah seringkali dianggap sesuatu yang tidak berguna oleh kita, sehinggga dengan cara pandang seperti ini persoalan sampah yang akan terus-menerus ada dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia, memerlukan cara pandang yang berbeda untuk sikapi, sehingga kitapun memperlakukan sampah dengan lebih cerdas dan positif untuk diambil manfaat yang terbaik bagi kemaslahatan kita semua.
Ada berbagai macam upaya dalam memperlakukan sampah ini agar tidak terus-menerus menjadi biang masalah, seperti yang dilakukan komunitas pengelola sampah yang ada di Bandung dengan melakukan iniovasi pengolahan sampah sehingga menjadi bermanfaat yang dilanjutkan dengan mendirikan sekolah pengolahan sampah. Sekolah Pengolahan Sampah pertama di Indonesia hadir di Kabupaten Bandung. Sekolah ini dikelola oleh aktivis kampung swakelola sampah di Kampung Jatibaru, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.
"Mungkin ini sekolah pengolahan sampah pertama di Jawa Barat, juga di Indonesia. Sekolah ini terbuka untuk umum, masyarakat yang ingin belajar mengelola sampah," kata Penggerak Kampung Swakelola Sampah Jatibaru Kabupaten Bandung, Wawan, Jumat (10/4).
Lokasi sekolah itu di sebuah lahan lapang di bawah pemukiman Kompleks Jatibaru, Sekolah itu berupa ruangan berukuran lima kali delapan meter yang dilengkapi dengan kursi, layar monitor, alat beraga serta berdampingan dengan tempat pengelolaan sampah organik. Bangunan sekolah itu merupakan kerja sama dengan CSR PT Indocement (Tbk) dan menjadi desa binaan dari produsen semen itu.
"Kami banyak menerima kunjungan baik dari luar provinsi maupun dari beberapa negara seperti Jepang, Korea dan beberapa negara ASEAN," kata Wawan.
Terakhir sebanyak 20 delegasi dari negara-negara ASEAN datang dan melakukan audiensi pengelolaan kampung swakelola sampah termasuk sekolah pengolahan sampah. Menurut Wawan, sekolah pengolahan sampah itu didirikan untuk mengedukasi warga sekitar, termasuk juga mereka yang berminat untuk mengelola sampah.
Sementara itu Ny Nining, salah seorang petugas instalasi pengolahan sampah di Jatibaru itu menyebutkan pada pelatihan itu diajarkan cara memanajemen sampah organik dan nonorganik, daur ulang, sistem kompos, pengolahan biodegester, kerajinan dari bahan sampah.
"Kami melibatkan warga lanjut usia untuk program ini, karena biasanya lanjut usia yang masih sehat cocok untuk menyampaikan edukasi kepada anak-anak atau cucu mereka. Mereka juga aktif membuat kerajinan dan produk kuliner," kata Nining.
Ia menyebutkan, kampung itu sudah berhasil melakukan swakelola sampah. Setiap dua rumah wajib memiliki satu tong sampah dan pengolahan sampah biodegester yang air lindinya menjadi pupuk. Selain itu juga terdapat kelompok masyarakat pengrajin kerajinan tangan berbahan baku sampah plastik, stereofoam, kertas dan lainnya.
"Mungkin ini sekolah pengolahan sampah pertama di Jawa Barat, juga di Indonesia. Sekolah ini terbuka untuk umum, masyarakat yang ingin belajar mengelola sampah," kata Penggerak Kampung Swakelola Sampah Jatibaru Kabupaten Bandung, Wawan, Jumat (10/4).
Lokasi sekolah itu di sebuah lahan lapang di bawah pemukiman Kompleks Jatibaru, Sekolah itu berupa ruangan berukuran lima kali delapan meter yang dilengkapi dengan kursi, layar monitor, alat beraga serta berdampingan dengan tempat pengelolaan sampah organik. Bangunan sekolah itu merupakan kerja sama dengan CSR PT Indocement (Tbk) dan menjadi desa binaan dari produsen semen itu.
"Kami banyak menerima kunjungan baik dari luar provinsi maupun dari beberapa negara seperti Jepang, Korea dan beberapa negara ASEAN," kata Wawan.
Terakhir sebanyak 20 delegasi dari negara-negara ASEAN datang dan melakukan audiensi pengelolaan kampung swakelola sampah termasuk sekolah pengolahan sampah. Menurut Wawan, sekolah pengolahan sampah itu didirikan untuk mengedukasi warga sekitar, termasuk juga mereka yang berminat untuk mengelola sampah.
Sementara itu Ny Nining, salah seorang petugas instalasi pengolahan sampah di Jatibaru itu menyebutkan pada pelatihan itu diajarkan cara memanajemen sampah organik dan nonorganik, daur ulang, sistem kompos, pengolahan biodegester, kerajinan dari bahan sampah.
"Kami melibatkan warga lanjut usia untuk program ini, karena biasanya lanjut usia yang masih sehat cocok untuk menyampaikan edukasi kepada anak-anak atau cucu mereka. Mereka juga aktif membuat kerajinan dan produk kuliner," kata Nining.
Ia menyebutkan, kampung itu sudah berhasil melakukan swakelola sampah. Setiap dua rumah wajib memiliki satu tong sampah dan pengolahan sampah biodegester yang air lindinya menjadi pupuk. Selain itu juga terdapat kelompok masyarakat pengrajin kerajinan tangan berbahan baku sampah plastik, stereofoam, kertas dan lainnya.
Upaya yang dilakukan oleh warga Bandung ini hendaknya menjadi contoh yang baik dalam mensikapi dan memperlakukan sampah, sehingga sampah tidak lagi menjadi musuh yang menakutkan yang harus dihindari dan menjadi biang masalah di lingkungan kita.
Tag:
#Berita,
#Pendidikan