Info Kuipper School.
Dalam praktek pengajaran, seorang guru seringkali dihadapkan dengan berbagai temuan yang dialami oleh anak didiknya.
Setiap kasus atau persoalan pembelajaran yang dialami anak didik secara bijak dapat disikapi dengan positif, sehingga solusinya guru akan selalu menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan paradigma obyektif dan terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan pendekatan yang terbaik dalam belajar-mengajar.
Yang perlu ditanamkan pada seorang guru adalah, "Semua anak adalah cerdas dan unik". Semua anak memiliki caranya sendiri untuk memberikan kontribusinya bagi budaya dalam sebuah masyarakat.
Setiap kecerdasan pastinya memiliki ciri-ciri perkembangan, dapat diamati bahkan dalam kasus khusus seperti sebuah kejadian ajaib pada penderita idiot atau autis savant, mereka semua membuktikan adanya pemusatan pada otak dan menciptakan sebuah rangkaian simbol dan notasi
Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat. Dalam hal ini kecerdasan dipahami secara sempit sebagai kemampuan intelektual yang menekankan logika dalam memecahkan masalah.
Kecerdasan dalam arti ini biasanya diukur dari kemampuan menjawab soal-soal tes standar di ruang kelas (tes IQ). Tes tersebut menurut Thomas R. Hoerr, sebenarnya hanya mengukur kecerdasan secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan linguistik dan matematis logis saja, meski dapat mengukur keberhasilan peserta didik di sekolah, namun tidak bisa memprediksi keberhasilan seseorang di dunia nyata mencakup lebih dari sekedar kecakapan linguistik dan matematis-logis.
Meski demikian pengagungan terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran di sekolah dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional, seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik dan pendekatan rasional dengan logika matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan matematis logis.
Teori kecerdasan majemuk dikemukakan oleh "Howard Gardner", seorang profesor di bidang pendidikan di Harvard Graduate School of Education dan psikologi di Harvard University. Pada tahun 1983 dia menemukan konsep multiple intelligences (kecerdasan majemuk) dan mengemukakannya dalam bukunya yang berjudul “Frames of Mind”
Latar belakang munculnya teori ini adalah kritik terhadap anggapan mayoritas orang yang mengatakan bahwa intelligence quotient (IQ) merupakan penentu kesuksesan belajar dan hidup seseorang. Orang yang menganggap IQ sebagai penentu kesuksesan seseorang cenderung berfikir bahwa orang yang paling cerdas atau juara di kelas atau sekolah adalah orang yang akan berhasil dalam hidupnya, begitu juga sebaliknya orang yang gagal di bangku sekolah maka dia tidak akan sukses dalam hidupnya.
Dalam praktek pengajaran, seorang guru seringkali dihadapkan dengan berbagai temuan yang dialami oleh anak didiknya.
Setiap kasus atau persoalan pembelajaran yang dialami anak didik secara bijak dapat disikapi dengan positif, sehingga solusinya guru akan selalu menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan paradigma obyektif dan terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan pendekatan yang terbaik dalam belajar-mengajar.
Yang perlu ditanamkan pada seorang guru adalah, "Semua anak adalah cerdas dan unik". Semua anak memiliki caranya sendiri untuk memberikan kontribusinya bagi budaya dalam sebuah masyarakat.
Setiap kecerdasan pastinya memiliki ciri-ciri perkembangan, dapat diamati bahkan dalam kasus khusus seperti sebuah kejadian ajaib pada penderita idiot atau autis savant, mereka semua membuktikan adanya pemusatan pada otak dan menciptakan sebuah rangkaian simbol dan notasi
Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat. Dalam hal ini kecerdasan dipahami secara sempit sebagai kemampuan intelektual yang menekankan logika dalam memecahkan masalah.
Kecerdasan dalam arti ini biasanya diukur dari kemampuan menjawab soal-soal tes standar di ruang kelas (tes IQ). Tes tersebut menurut Thomas R. Hoerr, sebenarnya hanya mengukur kecerdasan secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan linguistik dan matematis logis saja, meski dapat mengukur keberhasilan peserta didik di sekolah, namun tidak bisa memprediksi keberhasilan seseorang di dunia nyata mencakup lebih dari sekedar kecakapan linguistik dan matematis-logis.
Meski demikian pengagungan terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran di sekolah dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional, seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik dan pendekatan rasional dengan logika matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan matematis logis.
Teori kecerdasan majemuk dikemukakan oleh "Howard Gardner", seorang profesor di bidang pendidikan di Harvard Graduate School of Education dan psikologi di Harvard University. Pada tahun 1983 dia menemukan konsep multiple intelligences (kecerdasan majemuk) dan mengemukakannya dalam bukunya yang berjudul “Frames of Mind”
Latar belakang munculnya teori ini adalah kritik terhadap anggapan mayoritas orang yang mengatakan bahwa intelligence quotient (IQ) merupakan penentu kesuksesan belajar dan hidup seseorang. Orang yang menganggap IQ sebagai penentu kesuksesan seseorang cenderung berfikir bahwa orang yang paling cerdas atau juara di kelas atau sekolah adalah orang yang akan berhasil dalam hidupnya, begitu juga sebaliknya orang yang gagal di bangku sekolah maka dia tidak akan sukses dalam hidupnya.
Teori tentang Kecerdasan Majemuk ini bergema sangat kuat di kalangan pendidik karena menawarkan model untuk bertindak sesuai dengan keyakinan bahwa semua anak memiliki kelebihan.Garner dalam bukunya yang berjudul “Frames of Mind”: Teori Multiple Intelegences tahun 1983 mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan suatu masalah suatu menciptakan suatu (produk) yang bernilai dalam suatu budaya.
Pada mulanya Howard Gardner menyatakan ada tujuh jenis kecerdasan kemudian beberapa masa kemudian ditemukan bentuk kecerdasan lagi tang menjadi bawaan dasar mmanusia sehingga saat ini bentuk kecerdasan majemuk ini menjadi 8 kecerdasan yaitu:
Pada mulanya Howard Gardner menyatakan ada tujuh jenis kecerdasan kemudian beberapa masa kemudian ditemukan bentuk kecerdasan lagi tang menjadi bawaan dasar mmanusia sehingga saat ini bentuk kecerdasan majemuk ini menjadi 8 kecerdasan yaitu:
- Kecerdasan Bahasa atau linguistik: terdiri dari kemampuan untuk berfikir dalam kata-kata, dan meggunakan bahasa untuk mengungkapkan dan mengapresiasi makna yang komplek. Pekerjaan yang sesuai bidang ini: penulis, penyair, jurnalis, pembicara,penyiar warta berita dll.
- Kecerdasan Logika matematika: kemampuan untuk menghitung, mengukur, mempertimbangkan dalil atau rumus, hipotesis dan menyelesaikan operasi matematik yang kompleks. Ilmuan, ahli matematika, akuntan, ahli mesin dan programmer computer, semua menunjukkan kecerdasan matematik yang kuat.
- Kecerdasan Intrapersonal: merujuk pada kemampuan untuk membangun anggapan yang tepat pada seseorang dan untuk menggunakan sejenis pengetahuan dalam merencakan dan mengarahkan hidup seseorang. Beberapa orang yang menunjukkan kecerdasan ini adalah teolog, psikolog, filsuf.
- Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami orang dan membina hubungan yang efektif dengan orang lain. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh guru, para pekerja sosial, actor, atau politisi.
- Kecerdasan Musik atau musikal: kepekaan terhadap titinada, melodi, irama dan nada. Orang yang menunjukan kecerdasan ini adalah komposer, dirigen, musisi, krtikus, pengarang musik, bahkan pendengar musik.
- Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial: kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia tersebut. Kecerdasan ini seperti yang tampak pada keahlian pelaut, pilot, pemahat, pelukis dan arsitek.
- Kecerdasan kinestetik: kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan trampil dan memegang objek dengan cakap[3]Kecerdasan ini ditunjukkan oleh para atlet, penari, ahli bedah, masyarakat pengrajin.
- Kemudian sesuai dengan perkembangan penelitiannya, pada tahun 1990-an, Howard Gardner memasukkan kecerdasan yang ke delapan yaitu kecerdasan alamiah (naturalis). Kecerdasan Alam atau Kecerdasan Naturalis: kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies, tumbuhan atau flora dan hewan fauna, dalam lingkungan. Ahli Biologi, pecinta alam, penjelajah alam.dll.
Setelah memahami jenis kecerdasan yang dirumuskan Howard gardner tersebut,pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru akan memperlakukan setiap anak dengan bijaksana, terlebih lagi jika guru mengenal pendekatan lebih dekat dalam kecenderungan penggunaan otak yang digunakan dalam belajar, apakah cenderung mmenggunakan otak kanan atau otak kiri. Semoga bermanfaat..!