Info Kuipper School.
Konflik berkepanjangan di negara Yaman yang kini masih berlangsung, tidak hanya mengorbankan warga negara yaman, melainkan ikut berimbas pula bagi para warga negara asing dari berbagai negara termasuk dari negara Indonesia, diantaranya yang sedang menuntut ilmu dengan menjadi mahasiswa di beberapa universitas disana.
Konflik berkepanjangan di negara Yaman yang kini masih berlangsung, tidak hanya mengorbankan warga negara yaman, melainkan ikut berimbas pula bagi para warga negara asing dari berbagai negara termasuk dari negara Indonesia, diantaranya yang sedang menuntut ilmu dengan menjadi mahasiswa di beberapa universitas disana.
Do'a dan harapan selayaknya kita panjatkan agar keselamatan saudara-saudara kita yang berada di Yaman dapat terlindungi, khususnya para pelajar dan mahasiswa, agar tujuan kedatangan mereka ke negara ini untuk menimba ilmu dapat terselesaikan sesuai dengan harapan dan rencana awal kedatangannya.
Sejak 25 Maret 2015, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) mengintensifkan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak sengitnya konflik di Yaman. Bahkan, Kemlu pada 1 April telah mengirimkan Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman.
“Beberapa mahasiswa di Kota Tarim, bagian timur Yaman, memang sempat menolak untuk dievakuasi dan dipulangkan ke Indonesia. Alasannya, karena mereka khawatir dengan kelanjutan pendidikan mereka,” ujar Lalu Muhammad Iqbal, saat ditemui kalangan media, di Jakarta.
“Para mahasiswa di sana kan ada yang sebentar lagi ujian, jadi mereka khawatir tidak bisa mengikuti ujian jika pulang ke Indonesia. Kemudian, jika konflik di Yaman berlangsung lama, dan para mahasiswa pulang ke Indonesia, mereka takut pada saat kembali ke Perguruan Tinggi di Yaman, harus mengulang semester dari awal,” lanjutnya.
Seperti diberitakan, mahasiswa Indonesia di Yaman banyak yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi di sekitar Kota Tarim. Mahasiswa di sana mencapai 1.500 orang. Kota Tarim akan dijadikan sebagai titik pusat koordinasi mahasiswa Indonesia yang masih berada di Yaman karena kondisi keamanannya masih kondusif.
Tim percepatan evakuasi WNI di Yaman akhirnya tiba di Kota Tarim, Yaman bagian timur, yang berjarak 640 km dari ibu kota Sanaa dan 848 km dari Salalah, Oman. Tim percepatan evakuasi tiba di Tariim pada Sabtu, 4 April 2015 pukul 06.00 waktu setempat.
Di sana tim rencananya bertemu dengan pimpinan Ribath (semacam pondok pesantren) Tarim dan sekira 300 mahasiswa di Ribath tersebut. Tim kemudian akan menemui dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al Ahqaf di mana 540 orang mahasiswa Indonesia menuntut ilmu. Tim dijadwalkan juga bertemu dengan 300 orang mahasiswa yang berada di wilayah Hadramaut dan sekitarnya.
Kota Tarim akan dijadikan sebagai titik pusat koordinasi mahasiswa Indonesia yang masih berada di Yaman. Keputusan itu diambil dengan pertimbangan kondisi Tarim yang masih kondusif dan jumlah mahasiswa Indonesia di sana yang mencapai 1.500 orang.
Hal itu juga disebabkan karena ibu kota Hadramaut, Mukalla yang semula akan dijadikan titik pusat koordinasi, sedang berada dalam keadaan rawan menyusul serangan bersenjata dari kelompok Al Qaeda. Selain itu jumlah mahasiswa Indonesia di Mukalla hanya berjumlah kurang lebih 500 orang. Faktor-faktor tersebut yang kemudian menjadikan Tarim dipandang sebagai lokasi terbaik titik pusat koordinasi.
Mahasiswa yang akan dievakuasi akan dikumpulkan di safe house di Kota Tarim, dan kemudian akan diarahkan ke Salalah, Oman melalui jalur darat dengan menggunakan bus dan jalur udara dengan pesawat dari bandara Seiyun, untuk selanjutnya diterbangkan ke Jakarta.
Konflik yang melibatkan negara-negara Arab di kawasan timur tengah ini kita harapkan segera berakhir, agar tidak banyak korban yang terus berjatuhan, juga kelangsungan pendidikan para pelajar dan mahasiswa disana dapat terselamatkan hingga kembali ke tanah air dengan selamat dan mengamalkan ilmu yang didapatkannya.
Sejak 25 Maret 2015, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) mengintensifkan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak sengitnya konflik di Yaman. Bahkan, Kemlu pada 1 April telah mengirimkan Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman.
Baca juga: 2 Instrumen Yang Harus Dikuasai Agar Lolos Program Beasiswa Luar NegeriNamun, beredar kabar bahwa beberapa WNI yang berstatus pelajar di Yaman sempat tidak mau untuk dievakuasi. Hal itu dikonfirmasi oleh Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal.
“Beberapa mahasiswa di Kota Tarim, bagian timur Yaman, memang sempat menolak untuk dievakuasi dan dipulangkan ke Indonesia. Alasannya, karena mereka khawatir dengan kelanjutan pendidikan mereka,” ujar Lalu Muhammad Iqbal, saat ditemui kalangan media, di Jakarta.
“Para mahasiswa di sana kan ada yang sebentar lagi ujian, jadi mereka khawatir tidak bisa mengikuti ujian jika pulang ke Indonesia. Kemudian, jika konflik di Yaman berlangsung lama, dan para mahasiswa pulang ke Indonesia, mereka takut pada saat kembali ke Perguruan Tinggi di Yaman, harus mengulang semester dari awal,” lanjutnya.
Seperti diberitakan, mahasiswa Indonesia di Yaman banyak yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi di sekitar Kota Tarim. Mahasiswa di sana mencapai 1.500 orang. Kota Tarim akan dijadikan sebagai titik pusat koordinasi mahasiswa Indonesia yang masih berada di Yaman karena kondisi keamanannya masih kondusif.
Tim percepatan evakuasi WNI di Yaman akhirnya tiba di Kota Tarim, Yaman bagian timur, yang berjarak 640 km dari ibu kota Sanaa dan 848 km dari Salalah, Oman. Tim percepatan evakuasi tiba di Tariim pada Sabtu, 4 April 2015 pukul 06.00 waktu setempat.
Di sana tim rencananya bertemu dengan pimpinan Ribath (semacam pondok pesantren) Tarim dan sekira 300 mahasiswa di Ribath tersebut. Tim kemudian akan menemui dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al Ahqaf di mana 540 orang mahasiswa Indonesia menuntut ilmu. Tim dijadwalkan juga bertemu dengan 300 orang mahasiswa yang berada di wilayah Hadramaut dan sekitarnya.
Baca juga: 5 Tahapan Penting Penyaluran Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Luar Negeri (BPP‐LN) 2015
Kota Tarim akan dijadikan sebagai titik pusat koordinasi mahasiswa Indonesia yang masih berada di Yaman. Keputusan itu diambil dengan pertimbangan kondisi Tarim yang masih kondusif dan jumlah mahasiswa Indonesia di sana yang mencapai 1.500 orang.
Hal itu juga disebabkan karena ibu kota Hadramaut, Mukalla yang semula akan dijadikan titik pusat koordinasi, sedang berada dalam keadaan rawan menyusul serangan bersenjata dari kelompok Al Qaeda. Selain itu jumlah mahasiswa Indonesia di Mukalla hanya berjumlah kurang lebih 500 orang. Faktor-faktor tersebut yang kemudian menjadikan Tarim dipandang sebagai lokasi terbaik titik pusat koordinasi.
Mahasiswa yang akan dievakuasi akan dikumpulkan di safe house di Kota Tarim, dan kemudian akan diarahkan ke Salalah, Oman melalui jalur darat dengan menggunakan bus dan jalur udara dengan pesawat dari bandara Seiyun, untuk selanjutnya diterbangkan ke Jakarta.
Konflik yang melibatkan negara-negara Arab di kawasan timur tengah ini kita harapkan segera berakhir, agar tidak banyak korban yang terus berjatuhan, juga kelangsungan pendidikan para pelajar dan mahasiswa disana dapat terselamatkan hingga kembali ke tanah air dengan selamat dan mengamalkan ilmu yang didapatkannya.
Baca juga: Besaran Tunjangan Dana Yang Diterima Bagi Keluarga Karya Siswa BPP-LN 2015